Search
Ada sekelompok semut sedang sibuk di bawah cahaya matahari, ketika seorang manusia menjongkokkan badan melihat semut itu, bayangan dirinya menutupi cahaya mentari.
“Wah, apa ini?” kata semut.
Dengan panik semut-semut itu bertanya, “Apa gerangan yang telah menutupi cahaya mentari?”
Semut A berkata, “Sepertinya suatu makhluk yang sangat besar, jangan-jangan makhluk hidup taraf tinggi yang besarnya tak terhingga dibanding semut, dalam legenda yang bernama Manusia?”
Semut B berkata, “Memang, ada legenda kuno demikian.”
“Saya tidak percaya. Kalau dapat carikan saya satu “Manusia”, biar saya lihat dulu, saya baru percaya kalau sudah melihatnya.”
Para semut memiliki pendapat yang bermacam-macam. Ada yang percaya, ada juga yang tidak. Namun, legenda wujudnya “Manusia” tetap tersebar luas di dalam lubang semut.
Apa! ada “Manusia”? Ini propaganda tahyul! Turunkan tinta. Seluruh rakyat perkuat pelajari 3 teori saya yakni tekankan pada ilmu pengetahuan, produksi dan raja semut. Berdasarkan ilmiah, anti tahyul.
Kita harus menjadikan raja semut sebagai kekuatan inti, jalankan dengan baik pembangunan ekonomi semut. Di dalam lubang, raja semut melancarkan gerakan propaganda besar-besaran anti tahyul, dan penekanan pada ilmu pengetahuan. Namun, legenda tentang “Manusia” sudah meresapi dalam sanubari semut, tidak dapat diubah dengan propaganda.
Lantas, mana yang baik, manusia atau raja semut?
Begitu raja semut tahu, lantas menjadi kesal: “Saya percaya atheisme (tidak mengakui keberadaan Tuhan) tidak dapat memenangi theisme (percaya pada Tuhan). Semut sudah saya bina sejak kecil. Semua semut dalam lubang percaya bahawa semut yang ada di tengah manusia harus memilih diantara keyakinan dan kehidupan mereka, saat ujian akhir semut kecil harus menjawab melalui kertas ujian tertulis tentang siapa yang baik, apakah manusia atau raja semut?
“Sudah waktunya saya pulang…,” tiba-tiba manusia tadi berkata-kata.
Sampai disini, orang itu lalu pergi, dan tanpa disengajakan, si manusia menginjak mati raja semut. Sebenarnya adakah yang namanya manusia itu? Semut-semut yang terselubungi dan malang ini masih belum jelas apa sebenarnya yang telah terjadi, mereka masih merenung sebenarnya ada atau tidak suatu kehidupan yang namanya “Manusia”.